Nurani Mujahidah

Memupuk cinta....menebar hikmah... menguraikan kata-kata hingga menjadi sebuah kalimat yang indah dan bermakna......

Aku berusaha berlari
Mengejar asa yang menghilang
Menembus hujan badai yang tak kunjung reda
Mengikis segala harapan yang semakin menipis

Mampukah aku menghadapi badai itu?
Acap kali aku bertahan
Segerombolan iblis datang mengusik jiwa yang semakin rapuh
Mengotak atik hati yang sedang kalut
Terhempas dalam karang…
Tenggelam dalam nista…

Ya Allah…
Berilah kekuatan melewati tarbiyahmu
Jangan biarkan sang iblis
Menggerogoti seluruh ruang dalam diri
Menguasai seluruh aset dalam hidup

Oleh : Agus Nasir el-Bugizy

Semilir angin itu menyapaku dalam sepi

Membuaiku larut dalam lamunan cinta

Cinta yang sering membuat jiwa tertawa dan menangis

Bukan karena sedih, tapi karena bahagia

Kutatap bintang yang berkedip

Mencoba membaca akan keceriaan mereka

Sebuah keceriaan yang tak pernah hilang

Adakah ia mengerti akan ceriaku

Ada serangga malam menyanyi dengan musik malam

Bersama dengan angin ia ingin bercerita

Sebuah cerita tentang manusia penjaga malam

Manusia yang selalu setia dengan sepertiga malamnya

Aku ingin menyatu bersama dengan itu

Mendengarkan cerita roman-roman kehidupan

Kucoba berbisik kepada angin malam

Agar mereka tau kepada siapa cinta ini

Cairo, 19 Mei 2009

Hati ini seperti tersayat belati tajam

Ketika mendengar keadaan umat sekarang

Siapakah yang patut disalahkan..?

Siapakah yang patut bertanggung jawab…?

Indonesia…..

Negeri yang paling terkenal dengan da’I sejuta ummat

Indonesia….

Negeri muslim yang paling besar diseluruh dunia

Tapi….

Kenapa justru negeri ini pula yang menyandang Negara yang suka korupsi..?

Kenapa harus dia yang paling bobrok akhlaknya diantara negara muslim yang lain?

Apakah masyarakatnya tidak pernah belajar tentang tata karma?

Aku termenung dalam penjara kecilku

Menelusuri lorong-lorong jiwa yang mengembara

Mencari jawaban dari pertanyaan yang muncul dalam benak

Karena jawaban itu hanya bisa dijawab oleh hati….

11 mei ‘09

09: 55am


Jejak langkah mereka membuat jiwa bergetar

Menghentakkan dinding-dinding sanubari

Menyadarkan jiwa yang terseret dalam keangkuhan

Mencacah cemas menjadi cinta

Cinta yang tak pernah beri peluang pada rasa takut

Merentas ketakutan menjadi rindu

Rindu yang tak sempat ciptakan kegundahan

Mencerahkan nurani yang telah gelap dan buram

Mangetuk hati dengan ketulusan

Mendera batin yang telah lama berkawan sepi

Meski semuanya tetap saja mampu buahkan sesal di relung hati mereka

Sungguh perjalanan hidup mereka amatlah sukar

Melawan hawa nafsu yang senantiasa berkobar

Menghalau bayang-bayang fatamorgana

Menebas kebiadaban

Menajamkan jiwa yang telah tumpul akan kematian di jalan allah

Menerbitkan gelombang semangat yang terus berkejaran

Dalam batin bergejolak teguh

Hingga tak lagi hiraukan frekuensi kebencian yang terus tumbuh dalam benak musuh

Yang gerah

Yang keruh

Yang runtuh

Tak sempat berbenah

Karena jalan cinta semakin indah

Menemani setiap langkah

Onak dan duri takkan menjadi alasan untuk mengeluh

Disana selalu ada aliran darah

Ada cucuran peluh

Walau laut harus dibelah

Tak ada kata menyerah

Dan tak ada rasa jenuh

Wahai jiwa-jiwa yang terlena dengan perangkap dunia

Pantaskah kita berdiam diri dan menekuk lutut

Membiarkan raga terjebak dalam angan semu

Dengan izin-nya kemenangan akan mampu kita sangga

Saatnya bangkit merebut kajayaan yang terhempas

Dipundakmu terpanggul asa yang tak pernah redup

Tekad itu tidak hanya dalam genggaman jari

Tapi telah membeku mati dalam qalbu

written by :

Yasmin Fathiyah ‘n’ Syifa Amatullah

Sastrawataani kacang-kacangan

19, Februari ‘09

Ghurfah Muthmainnah